Rabu, Agustus 17, 2011

Ketika Atuk Pergi


Ketika Atuk pergi
Saat itu malam menjelang tua
Huru hara
Manusia bergegas-bergegas
Ruang tamu dibersihkan
Tikar digelar
Tenda
Bendera
Gelas plastik air kemasan
Berita dari pintu ke pintu
Pekik speaker masjid
Mengumumkan air mata
Kain hijau penutup ruangan
Selendang untuk mengikat kepala
Selendang mengikat kaki dan tangan
Kain dijajarkan
Kerudung hitam
Peci kekecilan
Al-Quran berdebu
Nampan untuk uang
Yasin satu satu
Dan tangis di lidah yang kelu

Ketika Atuk pergi
Rindu pecah
Kilasan-kilasan bagai bisul bernanah
Bahkan ingatan yang paling indah
Menimbulkan sensasi serupa daging dihujam anak panah

Kata-kata yang tak sempat terucap
Kata-kata yang mengapa sampai terucap

Penyesalan bagai pahit empedu di langit kerongkongan
Penyesalan bagai bayangan yang tercipta meski gulita meliputi terang
Penyesalan bagai titik yang terus membesar menutupi pandangan
Penyesalan bagai lamunan namun sadar sepenuhnya kenyataan
Penyesalan bagai sesuatu yang muram
Sesuatu yang disadari akan selalu menjadi bagian dari kesadaran

Ketika Atuk pergi
Sebagian hidup turut dibawa pergi

Tidak ada komentar: