Jumat, November 12, 2010

Bayi Nova, Burung Nazar, dan Pahlawan Kesiangan

Ahad petang hari di Salemba
Saat aku melihatmu bayi Nova,
Dalam gendongan bunda yang berlinang air mata
Matamu bayi Nova, menatap kosong ke depan,
Seakan faham mengapa bapakmu tiba-tiba lunglai pingsan
di tengah jalan
Memeluk adikmu yang menjerit ketakutan


Bangun Pak!
Kenapa?
Mau kemana?
Belasan manusia mengitari iba.
Ke Cipto, Nova sakit, kata ibumu
Tolong mas, Tolong antarkan
Pinta salah seorang wanita kebingungan


Ayok naik sini, sebuah angkot berhenti
Tolong bawa ya bang, saya dari belakang mengikuti
Supir angkot tancap gas tak ragu lagi
Mengitari Salemba lewat stasiun cikini
Masuk UGD, kuparkir motor sembarang tak peduli
Pikiran kalut diburu firasat buruk di hati


Benar, benar saja
shit@#@#$!
Dalam usiamu yang beranjak tiga
Engkau bayi Nova, sudah lama tiada
Sebelum tiba di rumah sakit
Engkau sudah pergi menuju pelukan Tuhanmu
Sejak engkau berpanas-panas di kampung melayu
Di dalam angkot yang ngetem cari penumpang
Harap maklum supir belum dapat setoran
Setelah menempuh perjalanan nyaris empat jam dari Bogor
Setelah dua hari panas tinggi tak henti menggedor
Setelah bapakmu melepaskan egonya lalu meminjam uang ke sana-sini
Yang hanya cukup untuk pergi, tak cukup untuk kembali


Anak ibu telah meninggal
Sebelum datang kesini
Ibu yang sabar, kata dokter datar
Ibumu, mengusap kepalamu
Dalam tangis yang tertahan di ujung bibir yang bergetar
Dan air mata yang menganak sungai mengharu biru


Bapakmu, pingsan berulang kali
Anak saya ga papa kan pak?
Masih hidupkah?
Tanyanya lemah
Anak bapak sudah meninggal, bapak harus tabah
Bapakmu kembali pingsan, rebah
Kalah


Sudah bang Agus, terima kasih,
Abang supir balik saja, biar saya menemani
Ga papa mas, kata abang supir
Saya tunggu, kesian orang susah
Saya mo nolong ajah
Rumahnya jauh, di bogor sanah
Entar pulang naik apah?
Naik ambulan bisa kena sejutah


Iya juga, kataku dalam hati
Masih ada orang baik di muka bumi ini
Seorang supir angkot, kau tak menyangka
Bisa juga punya hati mulia


Abang tulungin ajah si ibu
Biar bayinya bisa cepet dibawa pulang
Disini lama,berbelit
Yang mudah bisa jadi sulit


Masa’ sih, mana mungkin begitu, pikirku ragu
Rumah sakit kan penuh petugas yang senantiasa siap menolongmu?


Kutatap Hasan bapakmu, Bayi Nova
Koko putih dekil dan celana kotor tiga ukuran lebih besar
Adikmu Sigit mengusap ingus dengan punggung jari
Bayi kumal satu tahun yang belum mengerti tragedi sedang terjadi
Ibumu Aminah menahan tangis dengan ujung kerudung warna warni
Yang kusam melambai menghitung hari


Ini yang kedua, kata ibumu tabah
Kakaknya Nova juga meninggal karena demam berdarah
tiga bulan sebelumnya


Engkau bayi Nova
Punya tumor di kornea mata
Mata kucing istilah ibumu
Karena iris matamu tengah-tengah tak berwarna
Sebulan lalu dioperasi,


Minggu besok seharusnya kemoterapi
Pakai Jamkesmas, kata ibumu
Seakan tahu pertanyaan di kepalaku
Bagaimana membayar semua itu


dan disini, di kamar jenazah
bapakmu berusaha tabah
membuka selubung pembungkus kepala
mencium dirimu bayi Nova
dan berkata
maafkan ayah
maafkan ayah


Aku menelan ludah
Pahit
Tapi tak sepahit kehidupan mereka
Bukan penyakit yang membunuh anak mereka
Tapi kemiskinan yang kuat mendera
Mungkin, jika bapakmu yang tukang kebun punya uang
Kau Bayi Nova, tak perlu berpulang


Kau punya waktu untuk berjuang


Kubayangkan bayi Nova
Lima belas tahun ke depan
Kau punya kesempatan jadi gadis yang cantik
Dengan senyum yang manis
Dan mata palsu yang indah


Agus, Supir angkot setia menemani
Menghibur bapak, memegangi Sigit bayi
Bang, bantuin si ibunya
Begitu usulnya
Kesian, biar cepet pulang
Dan ga kena biaya gede


Kuantar sang ibu mendaftar
Mengurus surat kematian
Dan mengambil jenazah
Lempar sana pingpong sini
Untuk sekedar fucking birokrasi
Begitu berbelitkah di Indonesia
Orang mati saja, urusannya dua jam baru selesai semua


Maghrib
Azan memanggil orang mengingat Tuhannya
Hatiku memanggil kesuciannya


Mayat-mayat membujur di ruang jenazah
Kaki yang kuning tak tertutupi
Bilakah aku menghadap-Mu, duhai Robbi


Mas, kata seorang petugas
Dua puluh lima ribu, mayat sudah dikemas
Tak punya uang, kata ibumu cemas
Namun engkau akhirnya bisa pulang, Bayi Nova
Berkat Jamkesmas
Meski pelayanan serba terbatas


Dan aku terpaku melihatmu, bayi Nova
Di dalam angkot M01
Tubuh kecil dibalut balutan kain batik abu-abu
Ayahmu tabah memangku dirimu
Dan ibumu yang tegar mengukur waktu


Aku tak dapat menemani
Bapak, Ibu, sing sabar ya
Menghadapi cobaaan ini


Abang supir, trima kasih atas bantuannya sampai kini
Saya tak punya uang, hanya lima puluh ribu
Sekedar menambah uang solar
Uang setoran pasti tak terkejar
Mas, ini tidak cukup
Tidak cukup? Kok begitu?
Uang setoran saya dua ratus lima puluh ribu
Lho!!! Bukannya tadi bilang mau membantu
Tapi uang solar aja ga kebeli!
Ya ,gimana? Saya tak punya uang lagi
Tadi mas kan janji akan menjamin
Setan, tadi gw suruh pulang, bilangnya lain
Ya sudah, naik angkot yang lain
Setan, orang kesusahan loe bikin main-main


Bayi Nova
Padamu aku mengadukan
Kelamnya kehidupan
Bahwa burung-burung nazar mencari kehidupan
Tepat di pintu gerbang kematian


Bayi Nova
Aku bersyukur kau telah berpulang ke Sang Pencipta
Matamu yang jernih tak akan ternoda
Dengan ulah hina manusia


Ibumu yang tegar itu berkata
Nanti akan dibayar oleh keluarga
Sesampainya di rumah duka


Maka meluncurlah raga kakumu Bayi Nova
Menuju ke Bogor ke tempat yang sebelumnya kau sebut rumah
Namun kutahu, kini kau bahagia
Terlepas dari keruhnya penjara dunia
Menuju bening cahaya surga
Slamat jalan bayi Nova
Teriring doa untuk kedua orangtua


Dan kini, di atas jok sepeda motor
Aku gundah hatiku tekor
Bisa-bisanya aku tertipu
Ada burung nazar mengincar remah bangkai di sekitarku
Dasar naif, dasar lugu
Dasar pahlawan kesiangan, mau nolong harus professional, tau!
Masa tak bisa membaca gelagat supir brengsek itu!
Untuk tak ketemu ATM, tak kubayarkan uang dua ratus lima puluh ribu
Karena setelah dua jam berlalu
Keluargamu Bayi Nova, menelponku
Bilang si supir angkot tlah tiba
Dan minta empat ratus ribu


Glek.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ketabahan hati manusia.. Amin
:(