Selasa, Oktober 30, 2007

Warna-Warna Cinta*

Suatu hari seorang gadis kecil bertanya,
“Apa warna cinta, Bunda?”
“Mengapa engkau ingin tahu, anakku”, Sang Bunda tersenyum.
“Aku ingin menggambar cinta, Bunda. Aku tak tahu warnanya apa.”

Ibu muda itu membelai rambut gadis kecilnya. Ia menjawab,
“Warna cinta adalah merah, anakku.
Seperti warna merah mawar yang kau berikan
untuk Nenek yang sakit seminggu lalu.

Warna cinta adalah biru.
Seperti biru pada langit
yang Tuhan tinggikan untuk kita.

Warna cinta adalah putih.
Seperti warna boneka kelinci putih,
hadiah ulang tahun dari Ayah yang penuh kasih.

Warna cinta adalah kuning.
Sekuning pisang matang
yang kau berikan untuk adik pengemis yang malang.

Warna cinta adalah hijau.
Sehijau rimbun tanaman di kebun,
yang Bunda rawat dan sirami dengan tekun.

Warna cinta adalah bening.
Seperti air mata yang menetes saat kau mendengar perang pecah di belahan bumi lain,
saat kau teringat mereka teman-teman seumurmu tak lagi bisa bermain.

Warna cinta adalah ungu.
Seungu hidung Ayahmu,
saat marah
Kau tidak mau berangkat ke sekolah.

Warna cinta adalah hitam.
Seperti hitam mata Kakakmu
yang menatap penuh sayang walau ia menjahilimu.

Itulah warna-warna cinta, anakku.
Sebanyak warna yang kau tahu."

“Banyak sekali Bunda,” Gadis kecil bingung,
“Bagaimana aku mewarnai cintaku?”

Sang Bunda mengangkat permata hatinya itu ke dalam dekapannya,
Lalu berbisik,

“Warna apa saja, anakku sayang.
Semua adalah warna cinta.
Asalkan kau mengambil krayon tuk mewarnai,
Dari hati mungilmu yang bersih.”

Gadis kecil kini mengerti.
Ia menggambar pelangi, lalu memberinya judul
‘Aku Cinta Bunda’.

Terinspirasi Clara Ng