gadis itu...
ia punya pesona langit tepi pantai, saat matahari tenggelam ke balik lazuardi. begitu indah dan damai. berlatar musik riang camar, berlatar nyiur anggun gemulai. kau enggan mengedipkan mata, takut keajaiban itu menghilang dari pandangan. pesonanya mengendap dan sungguh...
melelehkan dirimu
pada akhirnya...
ia pergi dan semesta dirimu merindukannya. sangat merindu. tapi kau tak khawatir, karena esok kau bisa menemukan kembali keajaiban langit tepi pantai itu, pada langit yang sama, pantai yang sama, setiap hari, sepanjang hidup.
namun tidak dengan gadis itu...
karena bisa jadi ini kali terakhir kau bisa menikmati pesonanya. esok saat kau bangun, bisa jadi ia sudah ada yg memiliki.
saat hari itu tiba
adalah salah satu badai dalam hidupmu
Senin, Mei 31, 2010
Kamis, Mei 27, 2010
Rabu, Mei 19, 2010
Dan Bahkan Tak Ada Judul Yang Cukup Layak
Engkau, Gadis
Meminta dariku
Sebuah puisi
Dari seloki
Mimpi
Ah,
tak tahukah betapa sulit permintaan itu
Sejujurnya kukatakan
Tak ada kumpulan syair hebat
Tak ada diksi-diksi penuh pikat
Tak ada kalimat kuat berazimat
Yang dapat dengan tepat
Menggambarkan sosok sahabat
Terbaik sepertimu
Karena kata-kata layu sebelum mati
Ditakluk ketulusan hati
Karena bait demi bait gugur
Kala luka kau hibur
Dengan senyuman
indah bunga setaman
Engkau, gadis
meminta sebuah puisi
dari pintalan cahaya perak
dan deru bidadari
maaf, sahabat
itu tidak mungkin
karena kau sejatinya puisi itu sendiri
yang hidup bernapas berlari
NB:
Untuk sahabatku yang segera melepas masa lajang
Cuma tiga kata untukmu: Maju, Hajar, Terjang!!!
(wehehehehehehe)
NB lagi:
trima kasih untuk prsahabatanmu
ketulusanmu pada akhirnya membuktikan dua hal sederhana:
1. Tuhan itu ada
2. Ia Maha Baik
Meminta dariku
Sebuah puisi
Dari seloki
Mimpi
Ah,
tak tahukah betapa sulit permintaan itu
Sejujurnya kukatakan
Tak ada kumpulan syair hebat
Tak ada diksi-diksi penuh pikat
Tak ada kalimat kuat berazimat
Yang dapat dengan tepat
Menggambarkan sosok sahabat
Terbaik sepertimu
Karena kata-kata layu sebelum mati
Ditakluk ketulusan hati
Karena bait demi bait gugur
Kala luka kau hibur
Dengan senyuman
indah bunga setaman
Engkau, gadis
meminta sebuah puisi
dari pintalan cahaya perak
dan deru bidadari
maaf, sahabat
itu tidak mungkin
karena kau sejatinya puisi itu sendiri
yang hidup bernapas berlari
NB:
Untuk sahabatku yang segera melepas masa lajang
Cuma tiga kata untukmu: Maju, Hajar, Terjang!!!
(wehehehehehehe)
NB lagi:
trima kasih untuk prsahabatanmu
ketulusanmu pada akhirnya membuktikan dua hal sederhana:
1. Tuhan itu ada
2. Ia Maha Baik
Minggu, Mei 16, 2010
Kamis, Mei 13, 2010
Dik, Darimu Aku Belajar
bijak itu datang
dari petang perenungan
dari malam penantian
maka pemuda itu berkata
"aku tak mau menyerah"
lihatlah bahunya yang luruh
dan senyum getir sok tabah
sudahlah.
sedikit menyerah sajalah. kalah
tapi ia menggeleng
"takdir bukan untuk orang pasrah"
Maka 6 tahun harus dilaluinya untuk lulus kuliah
dengan 2 tahun yang hangus karena tidak bayar uang kuliah
mengamen di bis
jadi polisi cepe
timer angkot di terminal
menahan lapar
dari satu kiriman uang tak jelas
ke kiriman tak jelas berikutnya
makan rumput untuk mengganjal lapar
minum air keran masjid untuk menawar haus
dan sempat pingsan di kampus
setelah 3 hari tak makan
pemuda itu berkata
"aku pasti menang"
dan 2 tahun lulus belum juga bekerja
hanya ingin di bidang sesuai pendidikannya
sudahlah, ambil saja yang ada
yang penting ada buat rokok
ada buat surat lamaran berikutnya
tapi ia menggeleng
"berdamai dengan keadaan
bukan sebuah pilihan"
dan kini lihatlah
pemuda tanggung itu kini laki-laki
bahunya tegak gagah
senyum sumringah
dan napas ringan yang tertata indah
"aku diterima"
Dik, darimu aku belajar
bahwa sabar itu sebenarnya
singkat saja
dan pasti berbuah indah
pada akhirnya
dari petang perenungan
dari malam penantian
maka pemuda itu berkata
"aku tak mau menyerah"
lihatlah bahunya yang luruh
dan senyum getir sok tabah
sudahlah.
sedikit menyerah sajalah. kalah
tapi ia menggeleng
"takdir bukan untuk orang pasrah"
Maka 6 tahun harus dilaluinya untuk lulus kuliah
dengan 2 tahun yang hangus karena tidak bayar uang kuliah
mengamen di bis
jadi polisi cepe
timer angkot di terminal
menahan lapar
dari satu kiriman uang tak jelas
ke kiriman tak jelas berikutnya
makan rumput untuk mengganjal lapar
minum air keran masjid untuk menawar haus
dan sempat pingsan di kampus
setelah 3 hari tak makan
pemuda itu berkata
"aku pasti menang"
dan 2 tahun lulus belum juga bekerja
hanya ingin di bidang sesuai pendidikannya
sudahlah, ambil saja yang ada
yang penting ada buat rokok
ada buat surat lamaran berikutnya
tapi ia menggeleng
"berdamai dengan keadaan
bukan sebuah pilihan"
dan kini lihatlah
pemuda tanggung itu kini laki-laki
bahunya tegak gagah
senyum sumringah
dan napas ringan yang tertata indah
"aku diterima"
Dik, darimu aku belajar
bahwa sabar itu sebenarnya
singkat saja
dan pasti berbuah indah
pada akhirnya
Selasa, Mei 11, 2010
Ke Ujung Pelangi
paman tua pembersih kuil |
membisikkan rahasia kepada saudagar kaya |
maukah kau peta |
ke ujung pelangi? |
saudagar berkata, tentu |
tak enak hatinya menolak seorang tua |
tapi hartanya masih kurang |
mengunjungi ujung pelangi? |
waktu tuk mencari uang |
pasti berkurang, hartanya pasti berkurang |
saudagar menyelipkan peta ke sahabatnya menantu raja |
ini peta ke ujung pelangi |
lihat dan pahami |
menantu raja menggeleng |
mau dibawa kemana kerajaannya |
bila ia pergi |
ke ujung pelangi |
menantu raja berbisik kepada hulubalang |
buatmu, terserah jika mau dibuang |
hulubalang tak menolak, takut kepala ditebang |
hulubalang memberikan peta kepada istri ketiga |
cantik serupa kijang kesturi |
anggun laksana titisan bidadari |
apa ini, hardik si istri manja |
bukan uang yang kau berikan |
malah kertas buruk pembungkus makanan |
peta dipungut bocah pincang dari pinggir jalan |
ini pasti peta harta!! |
bocah pincang memberikan kepada kakaknya |
seorang pelayan muda |
buatmu, kakak tercinta |
karena kebaikanmu |
dan dirimu yang apa adanya |
pelayan muda membaca dan mengerti |
lalu ia berkata |
kepada wanita sederhana berpenutup kepala |
pelanggan setia |
sudikah kau bersamaku, |
kita berpetualang ke ujung pelangi? |
tempat berlabuhnya harapan |
dan mewujud mimpi-mimpi |
pasti seru!! |
mengikuti peta ajaib |
menyusuri labirin kota |
melompati gang sempit |
membaca tanda-tanda |
pasti seru!! |
melintasi belantara pasir |
mengarungi marabahaya |
bersabar di perempatan kota |
bersyukur di lapang jalan desa |
pasti seru!! |
menipu bajak laut |
bersahabat dengan burung perenjak |
menikam sepi hujan |
mengakrabi langit bumi |
bila kita lelah? |
tanya wanita itu |
kita singgah di kedai |
mentertawai kebodohan kita |
bila kita haus? |
tanya wanita itu lagi |
kita baca kitab suci |
dan ayat-ayat di muka bumi |
bila kita lapar? |
cukuplah aku yang lapar |
kau takkan kuijinkan meski sebentar |
bila aku ingin pulang? |
ke ujung pelangi |
disitu kita pulang yang sejati |
bertemu tuhan |
dan berkata |
kita saling memilih |
berkelana bersama |
karena engkau, tuhan |
maka berangkatlah mereka |
berpetualang ke ujung pelangi |
ada kala mereka lelah |
ada kala mereka haus |
ada kala mereka ingin menyerah |
ada kala sang pelayan lapar |
tapi berkata tidak lapar untuk sang wanita |
itu biasa, kata mereka |
yang telah menjadi bijak dalam perjalanan |
mereka berkata, hidup memang seperti itu |
tak selalu lurus melulu |
tapi masih ada langit berbintang malam hari |
masih ada udara segar sehabis hujan |
masih ada embun pagi selepas mimpi |
ada angin |
kedai yang hangat |
tawa bocah kecil |
hijau, pohon, napas, hidup, air, pelangi |
tuhan |
tuhan |
tuhan |
(aku jadi ingin ke ujung pelangi |
paman penjaga kuil, boleh kumiliki |
peta menuju ujung pelangi |
“boleh, tapi cari dulu |
pergi dengan siapa?) |
Sabtu, Mei 08, 2010
Jumat, Mei 07, 2010
Kamis, Mei 06, 2010
Minggu, Mei 02, 2010
Langganan:
Postingan (Atom)