paman tua pembersih kuil |
membisikkan rahasia kepada saudagar kaya |
maukah kau peta |
ke ujung pelangi? |
saudagar berkata, tentu |
tak enak hatinya menolak seorang tua |
tapi hartanya masih kurang |
mengunjungi ujung pelangi? |
waktu tuk mencari uang |
pasti berkurang, hartanya pasti berkurang |
saudagar menyelipkan peta ke sahabatnya menantu raja |
ini peta ke ujung pelangi |
lihat dan pahami |
menantu raja menggeleng |
mau dibawa kemana kerajaannya |
bila ia pergi |
ke ujung pelangi |
menantu raja berbisik kepada hulubalang |
buatmu, terserah jika mau dibuang |
hulubalang tak menolak, takut kepala ditebang |
hulubalang memberikan peta kepada istri ketiga |
cantik serupa kijang kesturi |
anggun laksana titisan bidadari |
apa ini, hardik si istri manja |
bukan uang yang kau berikan |
malah kertas buruk pembungkus makanan |
peta dipungut bocah pincang dari pinggir jalan |
ini pasti peta harta!! |
bocah pincang memberikan kepada kakaknya |
seorang pelayan muda |
buatmu, kakak tercinta |
karena kebaikanmu |
dan dirimu yang apa adanya |
pelayan muda membaca dan mengerti |
lalu ia berkata |
kepada wanita sederhana berpenutup kepala |
pelanggan setia |
sudikah kau bersamaku, |
kita berpetualang ke ujung pelangi? |
tempat berlabuhnya harapan |
dan mewujud mimpi-mimpi |
pasti seru!! |
mengikuti peta ajaib |
menyusuri labirin kota |
melompati gang sempit |
membaca tanda-tanda |
pasti seru!! |
melintasi belantara pasir |
mengarungi marabahaya |
bersabar di perempatan kota |
bersyukur di lapang jalan desa |
pasti seru!! |
menipu bajak laut |
bersahabat dengan burung perenjak |
menikam sepi hujan |
mengakrabi langit bumi |
bila kita lelah? |
tanya wanita itu |
kita singgah di kedai |
mentertawai kebodohan kita |
bila kita haus? |
tanya wanita itu lagi |
kita baca kitab suci |
dan ayat-ayat di muka bumi |
bila kita lapar? |
cukuplah aku yang lapar |
kau takkan kuijinkan meski sebentar |
bila aku ingin pulang? |
ke ujung pelangi |
disitu kita pulang yang sejati |
bertemu tuhan |
dan berkata |
kita saling memilih |
berkelana bersama |
karena engkau, tuhan |
maka berangkatlah mereka |
berpetualang ke ujung pelangi |
ada kala mereka lelah |
ada kala mereka haus |
ada kala mereka ingin menyerah |
ada kala sang pelayan lapar |
tapi berkata tidak lapar untuk sang wanita |
itu biasa, kata mereka |
yang telah menjadi bijak dalam perjalanan |
mereka berkata, hidup memang seperti itu |
tak selalu lurus melulu |
tapi masih ada langit berbintang malam hari |
masih ada udara segar sehabis hujan |
masih ada embun pagi selepas mimpi |
ada angin |
kedai yang hangat |
tawa bocah kecil |
hijau, pohon, napas, hidup, air, pelangi |
tuhan |
tuhan |
tuhan |
(aku jadi ingin ke ujung pelangi |
paman penjaga kuil, boleh kumiliki |
peta menuju ujung pelangi |
“boleh, tapi cari dulu |
pergi dengan siapa?) |
Selasa, Mei 11, 2010
Ke Ujung Pelangi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
harusnya memang seperti itu
ada kala mereka lelah
ada kala mereka haus
ada kala mereka ingin menyerah
itu biasa, kata mereka
yang telah menjadi bijak dalam perjalanan
mereka berkata, hidup memang seperti itu
tak selalu lurus melulu
tetap memutuskan untuk bersama-sama no matter how bad they want to give up..
konsep yg utopis ya bu....
Posting Komentar