Temon, supervisor gudang
Sejak kemarin belum pulang
Masih banyak kerjaan
Atasan tak mau tahu, semua harus diselesaikan
“Pak, kopi…
Biar tak mengantuk kami.
Pak, nasi…
Atau kami kerja setengah hati”
Anak buah bergelimpangan, lelah
24 jam tanpa henti,
Bayangan akhir bulan tambahan sedikit upah
Jadi penghibur mewah
“Coy, apa yang kau cari?”
Temon menggeleng
Lelah
Minggu depan menunggu
Rutinitas yang sama
Rasa jemu yang sama
Berjibaku dengan peluh dan waktu
Disaat orang lain damai bersama keluarga
“Coy, apa yang kau nanti?”
Temon menatap kosong
Kalah
Ironi menari-nari di pelupuk mata Temon
Anak buah tak berkeluh kesah, senang malah
Ekstra 100-200 ribu menanti
Di akhir gajian nanti
“Coy, apa yang kau dapatkan?”
Temon menangis dalam diam
Inikah hidup?
Orang kecil mesti berjuang
Dengan hasil kecil tak sepadan
Melampaui batas manusiawi
Menahan kantuk dalam seteguk kopi
Dan sejumput nasi
Orang besar tak berpeluh
Santai di kursi malas dalam sejuk ruang tengah
Mendapat berpuluh kali lipat rupiah
Dengan mudah, sangat-sangat mudah
Hingga tiba di ujung pekerjaan
Temon tak kunjung dapat jawaban
Dimana keadilan
Atau justru ini bentuk keadilan
Apakah sudah takdir
Atau sudah enggan berubah dan berpikir
Berkubang dalam rasa cepat puas
Enggan melangkah menembus batas
Temon termangu
Lelah
Tapi tak sudi kalah
Sejak kemarin belum pulang
Masih banyak kerjaan
Atasan tak mau tahu, semua harus diselesaikan
“Pak, kopi…
Biar tak mengantuk kami.
Pak, nasi…
Atau kami kerja setengah hati”
Anak buah bergelimpangan, lelah
24 jam tanpa henti,
Bayangan akhir bulan tambahan sedikit upah
Jadi penghibur mewah
“Coy, apa yang kau cari?”
Temon menggeleng
Lelah
Minggu depan menunggu
Rutinitas yang sama
Rasa jemu yang sama
Berjibaku dengan peluh dan waktu
Disaat orang lain damai bersama keluarga
“Coy, apa yang kau nanti?”
Temon menatap kosong
Kalah
Ironi menari-nari di pelupuk mata Temon
Anak buah tak berkeluh kesah, senang malah
Ekstra 100-200 ribu menanti
Di akhir gajian nanti
“Coy, apa yang kau dapatkan?”
Temon menangis dalam diam
Inikah hidup?
Orang kecil mesti berjuang
Dengan hasil kecil tak sepadan
Melampaui batas manusiawi
Menahan kantuk dalam seteguk kopi
Dan sejumput nasi
Orang besar tak berpeluh
Santai di kursi malas dalam sejuk ruang tengah
Mendapat berpuluh kali lipat rupiah
Dengan mudah, sangat-sangat mudah
Hingga tiba di ujung pekerjaan
Temon tak kunjung dapat jawaban
Dimana keadilan
Atau justru ini bentuk keadilan
Apakah sudah takdir
Atau sudah enggan berubah dan berpikir
Berkubang dalam rasa cepat puas
Enggan melangkah menembus batas
Temon termangu
Lelah
Tapi tak sudi kalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar