Senin, April 26, 2010

kembang api


kembang api
kembang di hati
warna pelangi
langit malam hari
benderang
gemparkan jiwa tenang
lalu kuncup, sunyi
sepi kembali

Minggu, April 25, 2010

Berani-beraninya...


Cuma secuil rasa yang menyumbat pembuluh darah
Hampakan dada hingga ke alveolus terakhir
Lalu kau sebut itu cinta?
Berani-beraninya...

Hanya sehela napas dan darah berhenti mengaliri wajah
Kenyataan yang remukkan dada setiap kali namanya disebut
Lalu kau sebut itu cinta?

Berani-beraninya...

Cuma lalu lalang rindu
Dan proyeksi samar-samar sosoknya pada dinding batu
Lalu kau sebut itu cinta?

Berani-beraninya...
berani-beraninya hanya kau simpan dalam sangkar perunggu hatimu
hingga tak seorang pun tahu
tidak juga dia

Kamis, April 15, 2010

KREEK.......




Krek


Suara itu
jelas terdengar, mama
Dari balik pintu


kecil, singkat, halus
tapi jelas terdengar, mama
sejelas putih pada hitam waktu


Di malam mama bertengkar dengan ayah
Disaat aku di pojok duduk membatu
Mengukur kelu


Suara itu
Gema di semesta sadarku
Hantu setiap mimpi burukku


Krek


Adalah suara rusuk kanan mama
Saat berderak patah
oleh hantaman ayah


Krek seakan bertahun-tahun
Krek seakan bertahun-tahun


Dan bertahun-tahun masih seperti baru kemarin
napas satu-satu
wajah pucat mama, bibir biru
dan nyeri mendekap bisu


Dan bertahun-tahun aku tenggelam dalam tanya
Apakah aku
alasan ayah kerap mendera
tubuh ringkih mama


Dan bertahun-tahun aku menabung rasa bersalah
Aku, anak lelaki
Tak berdiri disana
Untuk membela


Dan bertahun-tahun aku digoda amarah
tuk membiarkan ia lepas terarah
menuju dirimu, ayah
menuju dirimu


Krek menggema bertahun-tahun
Krek hantui bertahun-tahun
hingga kini
hingga kini

Rabu, April 07, 2010

Cincin Mata Mickey


Dara...
Cincin mata mickey ini
Menangkap mimpi buruk
Sembuhkan hati patah

Simpanlah
Rekamlah
Esok lusa ku ambil kembali
Beserta keping hatimu
Dan segenggam manis rindu

Selasa, April 06, 2010

Taman Galaksi


Paman bintang
Bolehkah aku bermain
Di halamanmu yang luas


Ada cita-cita
Yang kutaruh disana
Sinarnya terang
Kian menyala


Maukah kau merawatnya
Untukku
Bersama kita nanti
nikmati
Keindahan taman galaksi
Menunggangi komet halley


Aku tahu
Rumahmu sangat jauh
Tapi aku tak menyerah


Suatu saat, di esok lusa
Pasti aku tiba
Memetik cita-cita


Karena kini
Ku bangun tangga bata
Di bawah langit
Berpayung cahaya

25 Milyar Tepuk Tangan


25 milyar tepuk tangan untukmu, bung
Untuk setiap rupiah yg kau selipkan ke dalam rekening pribadi
Utk aksi spektakuler membuat laporan imajiner
Untuk ketrampilan mengelola amanah yg kami titipkan padamu

Untuk balita yang tewas kurang gizi
Karena Negara gagal memberikan fasilitas kesehatan memadai

Untuk kemiskinan yg mengurat nadi sepertiga warga negara
Karena Negara gagal memfasilitasi wirausaha

Untuk bocah-bocah kecil yang berkeliaran di perempatan jalan
Karena Negara gagal memberikan kesempatan pendidikan berkeadilan

Karena uang di dompet negara tak cukup lagi

25 milyar topi teracung untukmu, bung
Untuk setiap keping uang yg dikumpulkan wajib pajak settiap hari
Dan berakhir menyedihkan di headline media massa:
Kau mengambilnya, lalu lari

Maka ijinkan kami membuat patung dirimu
Di tengah kota di persimpangan jalan besar
Agar kami tahu kepada siapa kami dapat menumpahkan
25 milyar liter kepedihan
25 milyar pertanyaan
25 milyar luka menganga di batok kepala

Karena nurani mati di lumbung padi
Di pelataran negeri gemah ripah loh jinawi

Minggu, April 04, 2010

Di Sungai Cahaya


sungai cahaya
luruh sang waktu
dalam sinar lampu
penerang jalan
pada malam tak berawan
langit yang ramah,
angin yang menghangatkan
muda mudi di trotoar akrab berkawan
pelacur di remang pohon tua
mencari sisa-sisa cinta
pada lelaki kebelet bercinta
kendaraan diparkir sembarang
di pinggir warung makan

di sungai cahaya
pekerja lalu lalang
menuju pulang
membawa sedikit uang
dan lelah yang retakkan tulang

mengapa cinta tak tertahankan
mengapa rindu tak menepi

kota yang berdenyut
malam yang menggelayut
di ujung mata
kantuk membawa pemimpi
ke surga sejati
cerita seru tentang siang hari
bersiweleran
memenuhi udara
meninggalkan gedung tinggi
sunyi
tanpa birahi
menunggu pagi

mengapa cinta tak tertahankan
mengapa rindu tak menepi

ingatan tentang kau, perempuan
menjadi kabut
mengganggu jarak pandang

mengapa cinta tak tertahankan
mengapa rindu tak menepi

tak jua jawaban muncul
di kening pelacur kesepian
di kerling pemudi kecentilan
pada stiker menempel di kendaraan
yang diparkir sembarang
pada bau keringat apek pekerja
pada asap knalpot
yang membakar udara
sungai cahaya

tak jua jawaban muncul
meski bijak lampu penerang jalan
meski bijak malam tak berawan

mengapa cinta tak tertahankan
mengapa rindu tak menepi

ingatan tentang kau, perempuan
tak jua beranjak pergi

Semangat Ya, Kawan!


Kawan, semangat!
Untuk mereka yang mencintaimu
Untuk orang-orang yang hidup di hatimu
Semangat ya!

Takut itu wajar
Cobaan begitu berat hingga seluruh tubuh menggeletar
Seakan tak ada lagi jalan keluar
Selain berdarah dan terkapar

Kalah

Namun kawan, semangat ya!
Kita berani... kita berani hidup
Kita tetap berjalan di jalan redup

Terus bertahan meski sakit tak lagi tertahan
Terus berjuang, setipis apapun peluang

Karena itulah artinya hidup
Tak selamanya senang
Tapi kita gagah berperang
Tak selamanya kemudahan
Namun rintangan justru jadi satu kenikmatan
Membuat kita punya tujuan
Dan menghargai kehidupan

Boleh saja kalah
Tapi pantang kita menyerah

Semangat ya kawan
Bertahan untuk mereka yang mencintaimu
Berjuang untuk orang-orang yang hidup
Di hatimu

Keindahan Yang Tak Ku Miliki


aku mencintai
keadaan setelah hujan
daun tersenyum cerah
rumput berseri
genangan kecil air
debu luruh ke bumi
udara dipenuhi aroma tanah basah
harum
segar
sejuk
bersih
jernih

yang lain jadi tak penting

namun, seperti semua keindahan di muka bumi
mereka pergi
meninggalkanku semacam luka
yang tak bernama

seperti semua keindahan itu
kamu tak kumiliki

Hanya Sekumpulan kata



Aku berpuisi
Di pucuk jatuh cinta

Ah malu pula mengatakannya
Sebagai puisi

Hanya sekumpulan kata
Dan rindu yang gegap gempita

Maka kala cinta berangsur pergi
Puisiku mati suri

Seiring bayangmu yang kian kabur
Puisi ku lebur

Dalam sepanjang-panjangnya tidur

Sabtu, April 03, 2010

Secepat Apa Kau Berlari, Cinta?




Secepat apa kau berlari, cinta
Meninggalkan semua logika di belakang
Tahu-tahu kau kuasai semesta
Takluk gunung di kaki petang

Kau bukan siapa-siapa
Cuma wanita biasa yang membuatku memikirkanmu dua puluh lusin setiap hari

Kau tak istimewa
Sikapmu yang limbung membuatku kembung mual pening yang luar biasa

Maka kubertanya
Secepat apa engkau berlari, cinta
Karena mengejarmu tak lelah aku
Penolakanmu tak hentikan aku

Secepat apa engkau berlari, cinta
Ku jajar engkau, secepat itu

Lavender


Lavender o lavender
Every time I smell you, I remember
Lovely girl as soft as feather
Young, fresh, and a bucket full of laughter

On the table I see you lavender
Heart of love, heart of flower

Lavender o lavender
Everyday is a day I can’t forget her
Light of truth that I can’t render
Yeah I wish I am her lover

Jumat, April 02, 2010

Mana Malay?

Bidadari turun Dari Ojek




lely protes
saat aku menyebut dirinya:
bidadari


katanya:
lebai
berlebihan
masa' bidadari turun dari ojek


kataku:
kenapa tidak
bidadari tidak mesti sempurna
bidadari boleh naik ojek
bidadari boleh ketinggalan selendang
bidadari boleh manusia biasa lengkap dengan kelebihan dan kekurangan


bidadari boleh lely

Kerinduan Itu: Merdeka